Language Extinction Depends on the Size of the Speaking Population

Posted by webadmin

February 12, 2024

DPIP-Fisip-Undip, Semarang — Language expert Prof. Antonia Sorienta, PhD, from the Department of Asia, Africa, and the Mediterranean at the University of Naples L’Orientale, Italy, delivered a studium generale on the theme of minority languages in Indonesia, covering documentation, description, and interdisciplinary studies. The lecture took place on Monday, February 12, 2024, in the Senate Room of FISIP Undip, Undip Campus, Tembalang, Semarang. This studium generale was initiated by the Department of Political and Government Studies at FISIP Undip.

Prof. Antonia Sorienta mengemukakan laporan penelitiannya tentang bahasa minoritas di Kalimantan dan Sulawesi.

“Dewasa ini keberadaan bahasa minoritas mendapatkan tantangan cukup berat akibat globalisasi. Hal paling utama jadi penyebabnya hingga bahasa minoritas terancam adalah makin sedikitnya penutur bahasa itu. Jika tak lagi ada penutur, maka jadi terputus. Terlebih hal yang paling lekat dengan minoritas adalah populasi yang makin sedikit, lalu tidak ada lagi yang mengajarkan kepada anak-anaknya, karena bahasa adalah proses transfer dari satu generasi ke generasi berikutnya,” jelasnya.

Prof. Antonia mendokumentasikan cerita-cerita asli dari penutur bahasa, kehidupan masyarakat, hingga cara pembuatan kapal secara tradisonal. Antonia menambahkan bahwa mengetahui bahasa dapat mengetahui masalah sosial. Bahasa menunjukkan bagaimana profil kehidupan sosial masyarakat, juga keseharian dalam berkomunikasi, baik di kalangan internal maupun kalangan eksternal masyarakat tersebut. Dengan memelajari bahasa, juga berarti memelajari perikehidupan sosial masyarakat penuturnya.

Penanggap dalam kuliah itu adalah Dr. Muhammad Adnan, pengajar Departemen Politik dan Ilmu Pemerintahan, mengemukakan bahwa kekayaan bahasa di Indonesia merupakan hal yang tidak bisa ditandinggi oleh negara lain.

“Indonesia ini memiliki banyak sekali bahasa dan dialek, sehingga Indonesia sangat kaya dibandingkan dengan negara lain. Untungnya kita memiliki sumpah pemuda, karena dengan adanya sumpah pemuda ini maka kita memiliki bahasa persatuan, namun disisi lain ketika kita memiliki bahasa persatuan maka bahasa daerah akan menjadi  bahasa nomor dua” ujarnya.

“Bahasa daerah di Indonesia lebih banyak bahasa tutur, sehingga jika tidak ada lagi yang menuturkannya bisa berdampak bagi perkembangan bahasa daerah tersebut. Untuk bahasa Jawa, saya yakin tidak akan punah, karena selain banyak yang menggunakannya, juga berkembang di sektor-sektor kehidupan lain, yang menyeluruh. Sebagai contoh, di kalangan pesantren, media komunikasi gunakan bahasa Jawa. Kendati huruf Arab, namun isi/materi yang diajarkan menggunakan bahasa Jawa. Ini populer dikenal sebagai Arab Pegon,” kata mantan Ketua PWNU Jawa Tengah ini.

Dr. Nur Hidayat Sardini, Head of the Department of Political and Government Studies, stated that Prof. Soriente was intentionally invited to speak within the academic community of this department to deepen the understanding of the relationship between language and the social environment of the community and its speakers. In political studies, there is also a connection between language and politics known as language politics. We recognized Soriente’s visit to Indonesia, to speak to our community, as we often have international speakers in the Department.

“In addition to being part of the department’s commitment, it is also in line with achieving Undip’s Performance Index or IKU. This is to further enhance the understanding of language politics among lecturers and students,” he concluded [RK, NHS].

 

@MIP UNDIP News

0 Comments

Submit a Comment